"kok anakmu kurusan?"
"anakmu gendut banget, sufor ya?"
"kamu kan dirumah aja, enak ya ga usah berangkat ke kantor."
"kok umur segini belum dikasih makan?"
"sudah besar, kenapa anaknya belum disekolahin, nanti bla bla bla"
"lahiran lagi? kan kakaknya masih kecil-kecil"
"lahiran lagi? kan kakaknya masih kecil-kecil"
Bismillah,
Pagi ini baca beberapa stories mommies di instagram, bikin ingat kembali beberapa pertanyaan yang paling sering terlontar dari mulut orang-orang ke saya. hehe. awalnya, pas anak baru satu, saya pikir hanya saya yang terlalu baper hadapin pertanyaan orang-orang yang menurut saya mengintimidasi. ternyata bukan hanya saya, hehe. banyak sekali ibu ibu "yang dianggap baru" diluar sana yang merasa dirinya terintimidasi dengan beberapa pertanyaan simple seperti diatas. mungkin niatnya memang baik, memberi tau, memberi masukan, sampai yang hanya iseng, atau bahkan niat bikin kita drop. adaloh yang seperti itu. ada, dan nyata!. hehe
Kalau menurut saya, saya beranggapan semua ibu itu "baru". setiap hari kita belajar menjadi lebih baik. tidak ada yang pernah "lulus" dari perannya menjadi ibu. berapapun umur anaknya. untuk yang baru melahirkan, merawat newborn menjadi tugas "baru" dan peran sebagai ibu sorang newborn. yang anaknya sudah toddler dia kembali menjadi ibu "baru" untuk batita dan balita, semuanya baru, beda cara mendidik, memandikan, bahkan nyebokin juga beda. hehe. Pun untuk yang anaknya beranjak remaja dan dewasa, seorang ibu akan kembali menjadi ibu "baru" untuk anak gadis dan perjaka mereka, pendekatan mental dan psikis juga berbeda. Jangan pernah menganggap pola asuh kita lebih baik dari ibu-ibu lain, karena rasa cinta setiap ibu ke anaknya itu sama. dan terlebih lagi, setiap anak itu berbeda. sodara kandung serahim sebapak aja beda secara mental dan fisik, apalagi beda rahim, beda bapak. hehe. Biarlah mereka bereksplorasi dan saling belajar menjadi yang terbaik untuk anak mereka. Berbicaralah jika dimintai masukan. Because, the end of the day, ibu yang baik bukanlah ibu yang baik dimata semua orang, tapi ibu yang baik dimata anak-anaknya.
Tidak semua ibu mempunyai mental yang sama saat menghadapi beberapa pertanyaan simple yang cukup mengintimidasi mereka. kadang beberapa ibu bisa sangat baper bahkan dengan pertanyaan "anaknya belum ditindik ya. antingnya mana? kan perempuan" ya. se baper itu, dengan pertanyaan sesederhana itu. hehe, i've been through this question like 15835457times. ke-baper-an sedikit mereda saat Shofiyah mulai masuk 6 bulan. dan sampai sekarang punya adak ketiga, Alhamdulillah semakin memudar intensitas ke-baper-annya. I survived! kalau ada yang mau komen ini-itu, lebih baik di senyumin, diambil positif tinggalkan yang negatif, karena memang sebagian orang itu tulus memberi masukan, hanya caranya yang sedikit salah, tidak mempertimbangan kondisi psikis si ibu. Sekarang kalo ada komen nyeleneh ke saya, sudah ga masuk ke hati lagi, nempel di kuping beberapa saat dicerna di otak, yang bagus di ambil, yang buruk ilang pas shampo-an hehe. Alhamdulillah dengan begitu perasaan jadi lebih tenang, dan bisa lebih banyak belajar dari masukan orang sekitar.
Paling banyak kejadian yaitu ibu yang merasa gagal memberi ASI ke anaknya yang baru lahir hanya karena intimidasi yang (sayangnya) justru datang dari orang-orang terdekat. "kok ASI nya belum keluar?". "Anakmu kehausan, kasian. kasih sufor aja ya". "Bayimu kuning loh nanti kalo ga minum, kok bisa ga keluar sih ASI nya?". miris. Ibu yang baru melahirkan anaknya itu down secara fisik, capek, lemas. Mereka hanya dikuatkan dengan mental dan psikis yang bahagia bahwa anaknya sudah lahir dengan selamat, sehat dan sempurna. kalau keadaan mental yang terbangun sedemikan bagus kemudian dibuat drop hanya dengan beberapa kalimat diatas, habislah. Yang ga baper juga bisa down kalo urusan anak sakit. ya, kan? hehe. Tapi yang seperti ini susah dihindari sih, jujur. hehe. Jadi, lebih baik sebelum mengalami, belajarlah. Banyak-banyak baca dan cari tau biar ga gampang stress. Tidak ada ibu yang gagal, semua kesalahan hanyalah proses untuk menjadi ibu yang lebih baik. Saya ga pernah ragu nanya ke orang-rang yang kompeten atau sekedar nanya ke teman tentang ini-itu, produk ini-itu yang bagus buat anak-anak. We are all need supports. Jangan malu tanya-tanya, cari info. Ibu yang paling hebat bukan ibu yang serba tau semuanya, tapi ibu yang mau belajar.
Dan oh, lewat tulisancukup panjang ini, mungkin ada yang baca bolehlah sedikit berbaik hati kepada teman yang punya anak, baru lahiran, atau anaknya baru beranjak jadi toddler, dengan tidak mengatakan beberapa kalimat yang dianggap kurang perlu. kalau cukup dekat, dan saling paham ga ada masalah. ibu ke anak. atau bapak ke anak. suami ke istri, make sense kalau membahas masalah pertumbuhan dan pola asuh. tapi kalau kita hanya sekedar teman biasa, labih baik ditimbang-timbang lagi lah semua kalimat yang mau keluar. Jangan memberi masukan jika tidak ditanya, dan memberi masukan seperlunya kalau ditanya, tanpa intimidasi kepada si penanya. TULUS kata kuncinya. tulus dalam artian sebenarnya ya, bukan nama penyanyi kondang itu #eh.
Sebenarnya jadi ibu itu ga muluk-muluk sih, at least for me. Saya hanya ingin anak-anak tumbuh jadi anak soleh/ha dan sehat. cukup. Anak orang lain mau menjadi seperti apa, secanggih dan sehebat apa itu diluar pikiran saya, itu yang ngurusin dan biayain ibu dan bapaknya sendiri hehe. Anak-anak bukan ayam jago yang harus diadu, dibanding-bandingkan. Berhentilah berpikir untuk berkompetisi. Biarkan mereka tumbuh dengan senang dan tenang serta jadi pribadi yang bahagia. *udah mirip MT belum?*
Sudah lah, mau bikin sarapan (ronde 2) hehe. Semoga tulisan ini lebih banyak manfaatnya daripada mudhoratnya, aamiin.
happy weekend!
Paling banyak kejadian yaitu ibu yang merasa gagal memberi ASI ke anaknya yang baru lahir hanya karena intimidasi yang (sayangnya) justru datang dari orang-orang terdekat. "kok ASI nya belum keluar?". "Anakmu kehausan, kasian. kasih sufor aja ya". "Bayimu kuning loh nanti kalo ga minum, kok bisa ga keluar sih ASI nya?". miris. Ibu yang baru melahirkan anaknya itu down secara fisik, capek, lemas. Mereka hanya dikuatkan dengan mental dan psikis yang bahagia bahwa anaknya sudah lahir dengan selamat, sehat dan sempurna. kalau keadaan mental yang terbangun sedemikan bagus kemudian dibuat drop hanya dengan beberapa kalimat diatas, habislah. Yang ga baper juga bisa down kalo urusan anak sakit. ya, kan? hehe. Tapi yang seperti ini susah dihindari sih, jujur. hehe. Jadi, lebih baik sebelum mengalami, belajarlah. Banyak-banyak baca dan cari tau biar ga gampang stress. Tidak ada ibu yang gagal, semua kesalahan hanyalah proses untuk menjadi ibu yang lebih baik. Saya ga pernah ragu nanya ke orang-rang yang kompeten atau sekedar nanya ke teman tentang ini-itu, produk ini-itu yang bagus buat anak-anak. We are all need supports. Jangan malu tanya-tanya, cari info. Ibu yang paling hebat bukan ibu yang serba tau semuanya, tapi ibu yang mau belajar.
Dan oh, lewat tulisan
Sebenarnya jadi ibu itu ga muluk-muluk sih, at least for me. Saya hanya ingin anak-anak tumbuh jadi anak soleh/ha dan sehat. cukup. Anak orang lain mau menjadi seperti apa, secanggih dan sehebat apa itu diluar pikiran saya, itu yang ngurusin dan biayain ibu dan bapaknya sendiri hehe. Anak-anak bukan ayam jago yang harus diadu, dibanding-bandingkan. Berhentilah berpikir untuk berkompetisi. Biarkan mereka tumbuh dengan senang dan tenang serta jadi pribadi yang bahagia. *udah mirip MT belum?*
Sudah lah, mau bikin sarapan (ronde 2) hehe. Semoga tulisan ini lebih banyak manfaatnya daripada mudhoratnya, aamiin.
happy weekend!